Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

17
April

By. Muhrodin “AM”*

        Aku tak cukup mengerti, mengapa kamu bisa berubah seperti ini. Yang kukenal dulu, kamu adalah orang yang selalu mematuhi peraturan pesantren. Aktif mengaji dan selalu berangkat ke sekolah, tapi entah karena apa, sekarang kamu berubah; hari-harimu selalu kau habiskan untuk main ke Warnet dan kamu tak pernah lagi kelihatan di pesantren. Bagaimana jika sampai orangtuamu tahu? Pasti mereka akan sedih sekali…
***
Sungguh, aku bahagia. Ramadhan ini kamu sudah mau mengaji lagi. Semoga seterusnya kamu benar-benar bisa berubah.
Itu harapanku sebagai sahabatmu, juga harapan semua teman-temanmu, terutama kedua orangtuamu meski mereka tak pernah mengerti akan kelakuanmu disini.
“Aku percaya, untuk mengubah seseorang tidak melulu harus dengan kekerasan, tapi bisa dengan pendekatan emosional dan perhatian. Iya, kan?” kamu hanya tersenyum ketika menanggapi pernyataanku.
Tapi ternyata aku salah, setelah libur panjang pesantren kamu kembali lagi menjadi santri yang lupa diri.
“Aku tak suka dinasehati, Mas!” itu kata terakhirmu sebelum kamu benar-benar tak pernah lagi menginjakan kaki di pesantren. Aku hanya bisa pasrah, setelah tak mampu lagi untuk menuntunmu dijalan yang diridhoi.
***
Hari itu, setelah selesai diskusi dengan teman-teman santri. Aku melihatmu hendak memasuki kamarku dengan rasa ragu-ragu. Aku hanya diam hingga beberapa menit berlalu kamu pergi lagi. Aku tak tahu apa yang telah kamu lakukan, tapi aku cukup mengerti setelah kulihat ternyata uangku hilang. Tahukah kamu? Itu adalah uang merahku satu-satunya yang kumiliki. Namun aku percaya, kamu pasti lebih membutuhkan, karena aku mendengar dari temanmu kalau keadaanmu sangat memprihatinkan.
Aku merenung, mungkin aku telah melakukan sebuah kesalahan, hingga Tuhan tengah memberikan cobaan untukku.
Setelah itu, kutuliskan sebuah ‘Surat’ yang kukirimkan lewat inbox facebookmu meski aku tak yakin kamu akan membacanya...

Dear: Sahabat Fillah
Dedy Dejasta.
Assalamu'alaikum wr. wb...
Dengan bahasa kata tak bersajak, kuuntaikan do'a suciku; semoga Tuhan selalu melindungimu. Meridhoi tiap derap langkah hidupmu...
Sebelumnya, aku mohon maaf sama kamu Ded, begitu banyak kata-kata yang mencipta sayatan luka hingga begitu nyata membekas dalam relung hatimu.
Khilafku dalam tafsirmu, aku mengharapkan untaian kata maaf dari lubuk hati paling sucimu. Maafkan aku.
Kasih sayang itu tidak bisa dibeli dengan apapun ded, termasuk dengan nilai rupiah. Tuhan punya begitu banyak cara untuk menolong hambanya, seperti halnya kamu...
Kapan kamu mau pulang ke Bengkulu? Aku dengar kabar itu dari Hanif, aku tak tau, kapan tepatnya kamu akan membaca tulisanku, atau mungkin malah tak akan pernah? aku tak tau...
Satu hal yang mungkin kamu perlu tau, sekalipun ini adalah rahasia Tuhan dan Malaikat-malaikatnya; Ah, rasanya sedih sekali teringat akan berpisah dengan sahabat sepertimu...
Jujur, aku bahagia memiliki sahabat sepertimu...
Aku percaya, semua itu adalah cara Tuhan untuk menolong hambanya. Lewat sahabatmu, yang telah Allah pilih sebagai perantaranya. Aku tak marah sama kamu ded, aku tak pernah benci sama kamu. Karena aku tau, persahabatan kita jauh lebih indah dari sekedar itu semua -rasa yg hanya akan menjauhkan kita dari dekapan kasih sayang-Nya-
Kapan kamu mau ke Kamarku lagi? Hp. Kamu masih di lemariku. Kenapa kemaren nggak diambil skalian...? Aku ada dibelakangmu, ketika kamu masuk kekamarku, tapi Aku tak cukup berani untuk sekedar menyapamu. Mungkin itulah cara Tuhan untuk tetap menyatukan persahabatan kita, agar tak ada benci diantara kita...
Dan sungguh, aku tak membencimu Ded. Aku sayang sama kamu, sekalipun kebersmaan kita hanya semisal lalu, tapi Aku bersyukur Tuhan telah mempertemukan kita dalam ikatan sahabat.
Hanya untaian kata maaf yang kuharapkan darimu, sebelum kamu benar-benar akan meninggalkan Al-ihya' ini... Selebihnya, jangan pernah anggap aku sebagai benalu dalam hidupmu, karena Tuhan memberikan Perbedaan diantara kita setidaknya sebagai rahmat yang harus kita syukuri.
Semoga engkau akan menemukan jalan terbaik yang diridhoi Tuhan dalam menggapai mimpi dan cita-citamu dimasa depan. Aamiin.
Salam Jabat Erat Persahabatan
Insan dho'if
Amir ~AM~.
PPAI, 02092013. 15 : 55 Wib
Wassalamu'alaikum wr. wb...
***
        Setelah beberapa minggu, ternyata kamu kembali lagi ke pesantren. Meminta maaf kepada para Ustadz dan Teman-temanmu.
        “Maafin semua kesalahanku ya, Mas? Aku mau pulang ke Bengkulu. Aku sudah tidak bisa untuk meneruskan sekolah dan mengaji lagi disini,” itu salam maaf      mu sebelum kamu benar-benar meninggalkan pesantren ini.
        “Aku disuruh pindah sama Bapak dan Ibu-ku. Mohon do’anya, Mas, semoga disana bisa menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh,” lanjutmu dengan gugu yang hampir memburu.
        “Iya, aku juga minta maaf sama kamu, Ded. Kudo’akan selalu semoga kamu betah ditempat barumu dan bisa menemukan jalanmu untuk meraih mimpi dan cita-citamu” Kita berjabat tangan sebagai salam perpisahan.
        Tuhan, berikan ia kesabaran. Semoga ia selalu dalam naungan kasih dan sayang-Mu. Aamiin.
***

PPAI, 02102013*

*Cerita ini telah terangkum dalam Buku Antologi Cerpen "My Friend" - Penerbit Harfeey 2013

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

salju

Blog Archive