By. Muhrodin “AM”*
***
Rembulan
temaran menggantung di langit kelam, cahayanya melesap menembus dedaunan, desir
angin mendesau menerpa reranting pohon yang menjulur bagai tangan-tangan Tuhan
yang memberikan keteduhan bagi tiap hambanya yang setia memadu cinta
disepertiga malam.
Ilham
masih khusyu dengan tasbih di tangannya hingga ia tenggelam kedalam telaga
dzikir menguntai do’a pada Tuhannya. Perlahan, derai air hujan membasahi bumi
Pesantren bersama dengan derai airmatanya yang menetes membasahi kedua pipinya.

“Ayah,
maafkan aku… Aku belum mampu untuk membalas semua pengorbanan Ayah. Aku belum
mampu untuk membuat Ayah tersenyum. bahkan aku belum mampu untuk membahagiakan
Ayah ketika Ayah telah pergi. Hanya untaian do’a suci ini yang mampu aku
persembahkan, semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa Ayah, dan Tuhan memberikan
tempat yang terindah disisi-Nya. Aamiin.” untaian do’anya, dengan harapan semoga
para malaikat dan ikan-ikan di lautan turut meng-amininya.
Samar-samar
Ilham melihat bayangan Ayahnya. Semakin lama semakin jelas bayangan itu
mendekat dan mendekap Ilham yang tengah berdiri mematung di kamarnya. Seketika
ia menangis dalam dekap kasihnya dan dengan luapan rindu kepada Ayahnya.
“Ayah,
maafkan aku…” pintanya dengan gugu karena haru.
“Iya,
Nak. Ayah sudah memaafkannya, Ayah juga minta maaf, kalau selama ini Ayah
kurang memberikan perhatian dan kasih sayangnya untukmu. Maafkan Ayah, Ilham…
Ilham
semakin mengeratkan pelukannya. Seperti mimpi dalam bayang nyata Ilham
merasakannya.
Allahuakbar,
Allahuakbar…
Ilham
terkesiap, suara adzan itu telah menyadarkan ia dari mimpinya. Ada sebaris
airmata yang nyata membasahi kedua pipinya.
***
Tak
terasa sudah dua belas purnama Ayah ilham telah tiada. Kenangan itu masih
tampak jelas di benaknya, dimana dulu Ayahnya menginginkannya agar Ilham
menjadi seorang hamilul qur’an agar kelak ia bisa menjaga dirinya dan
keluarganya dari siksa api neraka.
Malam
ini, Hual Muassis Pondok-pesantren dimana Ilham menimba ilmu telah digelar.
Acara yang diselenggaran setiap tahunnya dengan beberapa agenda. Selain
pengajian akbar juga khataman Al-qur’an bil khifdzi…
Ilham
bersyukur, karena malam ini, ia bersama beberapa santri lainnya telah
menyelesaikan hafalannya. dan kini didepan ribuan jama’ah, ia dinobatkan
sebagai seorang hamilul qur’an yang kelak akan meneruskan perjuangan para
pendahulu untuk menjaga kalam-kalam-Nya.
Allah…
dekaplah aku dalam kasih-Mu. Dalam gugu Ilham memanjatkan do’a dan puji
syukurnya atas nikmat yang diberikan Tuhan padanya.
Ibu
dan kedua kakak serta adiknya turut menyaksikan kebahagiaan yang malam ini
tengah Ilham rasakan, meski tanpa Ayah, namun Ilham percaya, Ayahnya akan
tersenyum dialam sana demi melihat putranya mampu menggapai setitik mimpinya.
Mimpi yang adalah harapan Ayahnya, menjadi seorang hamilul qur’an yang mampu
mengamalkan maknanya untuk meretas ridho-Nya.
***
Malam
semakin meraja, kepak sayap pekatnya terlihat jelas dari sunyinya suasana di
persinggahan suci. Acara Haul telah usai beberapa jam yang lalu, didalam sebuah
kamar, ketika teman-teman Ilham tengah merajut mimpi, lewat untaian aksara ia
mengirimkan salam do’a kepada Tuhan untuk kebahagiaan Ayahnya di Syurga. Entah
mengapa, Malam ini sungguh Ilham sangat merindukan Ayahnya…
“
Teruntuk
Ayahanda di Syurga…
Assalamu’alaikum,
Ayah…
Apa kabarnya Ayah disana? Semoga Ayah selalu dalam
dekapan kasih-sayang-Nya. Aamiiin.
Dalam sunyi malam ini, aku begitu merindukan kasih
sayang Ayah. Semoga, di alam sana Ayah benar-benar telah merasakan kedamaian yang
haqiqi, kebahagiaan yang abadi yang diridhoi…
Ayah, Aku ingin bercerita kepada Ayah…
Malam ini adalah malam terindah yang kurasakan,
karena malam ini, Tuhan telah mengabulkan harapan dan do’a Ayah untuk sebuah
cita-cita yang mulia. Malam ini aku telah menyelesaikan hafalanku, Ayah…
seperti apa yang dulu Ayah harapkan. Semoga disana Ayah akan tersenyum
melihatnya . Karena senyum Ayah adalah harapan kami semua…
Ayah…
Aku ingin memohon kepada Tuhan, agar kelak kita semua
dipertemukan ditempat-Nya yang terindah seperti yang Ayah dulu katakan.
Aku sangat merindukan Ayah…
Robbana atina fiddun ya hasanah, wafil akhiroti
hasanah. Waqina ‘adzabannar… Aamiiin.
Wassalamu’alaikum, Ayah…
Ananda yang merindukan Ayah…
“
Ia percaya, Tuhan pasti akan menyampaikan salam
do’anya yang ia kirimkan lewat tulisan untuk Ayahnya di Syurga. Sebelum Ilham
memejamkan mata, ia merapal do’a, berharap semoga malam ini Tuhan berkenan
mempertemukan ia dengan Ayahnya. Walau hanya dalam mimpi, Ilham ingin melihat
senyum kebahagiaan Ayahnya di pintu firdaus-Nya…
***
*) Untuk Adikku
Miftahul Aziz yang tengah merajut mimpi
PPAI, 05122013*
*Cerita ini Telah Terangkum dalam Buku Antologi Cerpen "Letter #2" - Penerbit Harfeey 2013
0 komentar:
Posting Komentar