Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

16
April

By. Muhrodin “AM”
***
Sumber Gambar: https://www.google.com/search?q=laut+malam&newwindow


Adakah rasa yang lebih indah dari ketika hujan datang menyapa? Dan adakah kedamaian bagi sebongkah hati yang biliknya kian terlukai? Sepertinya tidak bagi Bayu, laki-laki yang baru beberapa hari lalu ditinggal pergi oleh kekasihnya, hatinya masih tergores luka, ia tak pernah menyangka, Tuhan akan secepat itu mengambil nyawa kekasihnya dari sisinya. O, betapa ia merasa terpukul. Kenangan bersama Aliya di pantai teluk penyu, ternyata menjadi kenangan terakhir yang terlalu pahit untuk dikenang tafsirkan.
---__---
“Bayu, ayo kejar aku,” pinta Aliya dengan terus mengurai senyum di bibir manisnya. Sesekali ia berhenti untuk menggoreskan ranting kayu yang dipegangnya di atas pasir pantai. –I Love You, Bayu… -- yang kemudian kekata itu hanyut terempas desir ombak di lautan.
Bayu bahagia bisa memiliki Aliya, baginya wanita yang kini tengah bermain-main dengan ombak tak ubahnya bidadari di lengkung pelangi. Wajahnya berpancarkan aura keteduhan. Matanya jeli bak mutiara di laut karam. Alisnya lengkung bulan sabit, dan bibirnya selaksa kelopak mawar yang menggiurkan. Bidadari yang Tuhan ciptakan untuk melengkapi kebahagiaannya dalam mengarungi bahtera kehidupan.
“Bayu, senjanya indah sekali.” Masih dengan senyum khasnya Aliya mengaketkan Bayu yang sedari tadi melamunkan Aliya, kekasihnya.
“Kamu kenapa?” Aliya bertanya penuh perasaan, setelah dilihatnya Bayu hanya terdiam dengan mata yang terpaku pada guratan merah saga yang menghiasi lukisan Tuhan.
Sejenak Bayu tertegun, kemudian senyumnya mengembang bersamaan dengan pandangan matanya yang beralih pada kekasihnya.
“Aku bahagia bisa bersamamu, Aliya…” jawabnya, jujur.
Aliya tersipu malu, rona itu tercipta menghiasi putih pipinya.
Sekejap, Aliya telah tenggelam dalam peluk kasih Bayu.
“Mari kita pulang, hari sudah mulai gelap,” ajak Bayu akhirnya, yang kemudian anggukan kecil dari Aliya mengakhiri sepotong kenangan yang tak ‘kan pernah terlupakan.
---__---
Kenangan itu kembali merajai hatinya, alur yang diharapkan akan bermuara kebahagiaan tapi ternyata membuatnya ia karam di laut terdalam.
PPAI, 05012014


Muhrodin “AM”, Santri di Pon-pes Al-ihya ‘Ulumaddin Kesugihan 1 Cilacap, Jawa Tengah. ia begitu mencintai hujan dan keindahan senja. Memiliki hoby menulis dan membaca, menguntai aksara merupakan napas hidupnya. Bisa diakrabi melalui Fb. Amir_muhammad38@yahoo.com / Twitter @MuhrodinAM

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

salju

Blog Archive