Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

30
April

By. Muhrodin “AM”*            

Sebatas anganku, menjadi penulis muda yang diperhitungkan negeriku tercinta. Karena latar belakang keluargaku yang jauh dari kaya, namun melihat realita kehidupanku yang penuh gemerlap dunia.
Terkadang aku mengumpat, “kenapa aku harus dilahirkan dari keluarga miskin yang tak punya? Kenapa tidak dari kalangan keluarga elit saja? Kenapa?”
Aku tersadar dari pikiran yang tak seharusnya melintas dalam benakku… kufur nikmat!
Bukan, aku tak mau menjadi orang yang dikatakan seperti itu, namun terkadang realita ini benar-benar telah menghimpit duniaku dan melucuti kesabaranku.
“Ayah, Ibu… maafkan anakmu, bukan maksudku untuk selalu berbohong demi untuk mendapatkan uang saku setiap ke sekolah, namun kesabaran yang belum terpatri  untuk menjalani realita hidup ini. Aku berjanji, suatu saat nanti aku akan membuktikan kepada Ayah dan Ibu, bahwa aku adalah anak yang berbakti dan bertanggung jawab. Aku akan menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama, agar Ayah dan Ibu bangga juga tidak merasa sia-sia telah mendidikku hingga akhir batas usia.”
Sungguh hatiku sangat tertekan, ketika kepala sekolah mengirimkan surat pemberitahuan itu. Ayah dan Ibu sangat marah setelah mengetahuinya, kalau aku ternyata memiliki tunggakan SPP selama enam bulan.
Mereka shock.
“Dari mana Ayah bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk melunasi SPP mu Adil,? Setiap bulan Ayah sudah memberikan uang untuk membayar SPP, tapi kau kemanakan uang itu?”
Ayah sangat marah kepadaku. Aku tahu Ayah dan Ibu sangat sedih dengan semua itu, dan sebenarnya Akupun tak tega melihat mereka yang semakin terpuruk dalam kemiskinannya karena ulahku. Namun semuanya sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur.
Uang SPP selama enam bulan aku gunakan untuk menyalurkan hobby-ku. membeli buku tentang sastra, dan sebagian lagi untuk jajan dan jalan-jalan bersama teman-teman sewaktu liburan.
Namun dalam hatiku, Aku telah berjanji bahwa Aku akan mengganti uang SPP itu dengan caraku.
Mungkin terasa sulit untuk mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit, namun Aku akan terus berusaha dan berusaha demi untuk sebuah janji dan bukti yang tak boleh kuingkari dan harus kupenuhi.
***
           Setelah liburan kenaikan kelas, sekarang Aku kelas IX, Aku harus mulai berpikir dewasa, bertindak dan bertanggungjawab dengan semua yang menjadi pilihan terbaik untuk diriku. Berawal dari hobby menulisku, Aku sering mengikuti berbagai perlombaan karya tulis, semacam cerpen atau puisi. Meski sejauh ini aku selalu gagal, namun bukan berarti semua itu membuatku merasa putus asa, malah menjadikan Aku semakin ingin mendalami dunia sastra.
Suatu waktu, Rizky, temanku. Memberitahukan bahwa disekolah akan ada lomba karya tulis cerpen dalam memperingati hari anak nasional. Akupun langsung meminta info selengkapnya dan setelah itu berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan sebuah karya yang akan aku ikutsertakan dalam perlombaan itu.
Meski aku tahu, banyak teman-teman yang juga ikut perlombaannya, namun aku yakin, disinilah waktunya Aku akan menepati janjiku, menebus kesalahanku kepada kedua orang tua, kepada diriku sendiri, dan kepada semuanya.
Tepat dua minggu setelah deadline. Pengumuman lomba cerpen yang dinilai oleh Bapak kepala sekolah dan Bapak guru mapel bahasa Indonesia pun dipajang di mading sekolah.
Semua siswa-siswi berebut untuk melihat deretan nama-nama yang terpampang menjadi jawara dan nominator, ada lima belas nama nominator terbaik dan tiga jawara yang terpampang di sana, yang nantinya cerpen-cerpen mereka akan dibukukan dalam antologi cerpen anak Indonesia.
Kutelusuri dari deretan nama paling bawah, ternyata tidak ada namaku di sana. Hingga hatiku semakin gelisah dan jantungku berdetak semakin kencang.
Namun, saat membaca deretan nama nomor satu, mataku terbelalak lebar. Aku masih tak percaya, ada namaku tertera di sana ‘Adilla Saputra’. ada rasa haru dan bahagia menyeruak dalam istana jiwa. Seketika aku bersujud, melafalkan tahmid sebagai rasa syukurku kepada Allah SWT yang telah menjadikan Aku sebagai sang juara dan telah membuktikan janjiku kepada kedua orang tua.
Rizky menghampiriku dan memberikan ucapan selamat untukku.
“Selamat ya Dil, semoga bermanfaat dan terus semangat dalam berkarya”…
Aku begitu terharu mendengarnya, dan sungguh, rasanya aku sangat bahagia.

------00—00-----

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

salju

Blog Archive