Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

17
April

By. Muhrodin “AM”*
***
Rama, nama lelaki itu. Sang fhotografer dan pemain sepak bola disekolahnya. Ia menjadi primadona, karena selain multilatent ia juga sangat tampan laksana pangeran dari kerajaan bintang.
Sinta adalah salah satu dari seribu wanita yang tergila-gila kepadanya, sejak pertama melihat Rama, ia begitu mengaguminya; Ia telah jatuh cinta…
“Ini buat kamu,” tiba-tiba Rama memberikan buah mangga dengan tangkainya, membuat Sinta terdiam tanpa kata. Itu adalah awal pertama Sinta bisa bersapa dengan Rama, rasanya ia sangat bahagia…
***
Berbagai upaya telah Sinta lakukan untuk sekedar mendapatkan perhatian dari  Rama. Mulai dari cara yang paling elegan sampai cara yang paling norak. Hingga hitungan tahun, Sinta masih tetap mengagumi sang pangeran tak berkuda.
Di sekolah. Acara kelulusan kelas diisi dengan seni tari dan drama romance. Guru seni menunjuk Sinta untuk menjadi pemeran utama sebagai Sinderella dalam Cerita Putri Salju dan Tujuh Kurcaci.
“Dari awal, kamu sudah berhasil, Sinta.” Rama sudah mengetahui kalau Sinta  telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan perhatian darinya, dan dari awal-pun Rama telah jatuh cinta kepada Sinta. Namun Sinta tak pernah menyadari akan hal itu.
Ini adalah langkah kesepeluh bagi Sinta untuk mendapatkan perhatian Rama. Setelah acara PenSi berakhir, Sinta memberanikan diri menemui Rama untuk memberikan setangkai mawar putih sebagai ungkapan rasa cintanya.
 “Aku hanya ingin jujur, bertahun-tahun aku telah memendam perasaan ini, bertahun-tahun aku mengharapkan perhatian dari Kak Rama, sekarang aku ingin bilang, kalau aku jatuh cinta sama Kak Rama,” dalam gugup, Sinta menanti jawaban dari Rama
“Maaf, Sinta…” Rama menunjuk saku baju Putih Abu-abunya. Disana tertera sebuah kata ‘Rani Love Rama’.
Duarr. Serasa mati berdiri Sinta mengetahuinya, ternyata beberapa menit yang lalu, Rama telah resmi pacaran dengan Rani; rasanya sakit sekali…
Sebenarnya Rama begitu tak tega melihat Sinta kecewa, tapi semua itu memang harus terjadi. Karena sebelumnya Rama telah berjanji kepada Bima, sahabatnya, untuk tidak akan pacaran dengan Sinta.
Bima adalah sahabat baik Rama sejak kecil. Ia-pun begitu mencintai Sinta. Seperti Rama, tapi sepertinya Sinta lebih memilih Rama sebagai pangerannya daripada Bima.
“Saya minta sama kamu, Rama. Kamu jangan pernah pacaran sama Sinta, kamu tahu, ‘kan, Kalau aku begitu mencintainya? Rasanya akan sakit sekali jika sahabatku pacaran dengan orang yang sangat aku cintai,” itu permintaan Bima, yang membuat Rama harus berjanji tidak akan pacaran dengan Sinta, meski rasanya  ini begitu sakit, karena Rama-pun diam-diam sangat mencintai Sinta.
Sinta berlari dengan derai airmata yang membasahi pipinya. Hatinya tergores luka, orang yang telah bertahun-tahun ia cintai, ternyata harus menjadi milik orang lain.
Rama pun menahan luka yang mendera hati dan jiwanya,  Ini adalah saat terakhir ia melihat Sinta, karena  ia akan melanjutkan study-nya ke Bandung. Dan entah kapan lagi mereka dapat bertemu.
***
Sinta merenung didekat jendela kamarnya, bulan tampak tersenyum mesra. Ia membayangkan ada sesosok pangeran datang dengan kuda terbangnya mencuri dan membawanya ke kerajaan bintang diatas langit yang penuh cahaya bintang-gemintang. Ah, tapi itu hanya angan-angannya saja, yang membuat Sinta semakin merindukan Rama.
Pun, Rama yang besok akan berangkat ke Bandung untuk melanjutkan study-nya. Kini ia tengah merangkai untaian kata yang akan diberikan bersama album kenangan sejak kali pertama ia  mengenal Sinta secara diam-diam.
Kembali memory itu menari-nari dibenaknya. Saat Sinta menjadi putri salju diacara PenSi, diam-diam Rama memotret tiap gerak-geriknya. Ketika Rama sedang berlaga di lapangan bersama teman-temannya, ia selalu memperhatikan wajah Sinta yang terus mencuri hatinya ketika Sinta bersama teman-temannya menjadi supporter untuk kelasnya. Ketika Rama memberikan setangkai bunga dengan berkata “Ini dari temanku,” padahal itu hanya alibinya saja untuk menutupi kegugupannya, dan ketika Rama harus menolak cinta yang Sinta ungkapkan, padahal ia pun begitu sangat mencintainya.
Tapi Rama mencoba untuk kuat, demi cita-citanya, demi janjinya kepada sahabatnya agar tidak menjalin hubungan cinta dengan Sinta. Meski itu amat-sangat menyakitkan.
Diam-diam, Rama ke rumah Sinta, meletakkan album kenangan tentang sesosok wanita yang selalu ada pada tiap potretnya, bersama untaian kata maafnya ia letakkan album biru itu didepan pintu rumah Sinta.
“Selamat tinggal, Sinta,” kata dalam hatinya sebelum Rama beranjak pergi. Samar-samar terlihat cahaya temaram menghiasi kamar Sinta yang berada dilantai atas. Akhirnya ia melangkahkan kaki untuk pergi seiring bayangan cahaya sang rembulan yang mulai tenggelam ditelan kegelapan malam.
***
Empat tahun kemudian
Ternyata mereka dipertemukan kembali pada acara reuni akbar di sekolahnya. Sungguh, Sinta sangat bahagia.
“Kak Rama, apa kabar?”
“Baik, kamu?”
“Aku baik. Apa Kak Rama sudah menikah?” Tanya Sinta, penasaran.
“Aku menunggu seseorang kembali dari U.S.A.” jawabnya dengan senyum yang penuh arti…
PPAI, 01102013

Terinspirasi dari Film First Love*

*Cerita ini terangkum dalam Buku Antologi Cerpen "Cinta Tak tersampaikan" - Soega Publishing 2014

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

salju

Blog Archive