By. Muhrodin “AM”
***

Itulah diriku dengan segala rasa yang
kumiliki, bukan maksud hati untuk mempermainkan setiap wanita yang pernah
memberikan cintanya untukku. Tapi, sekali lagi aku tak cukup mengerti dengan
cinta ini yang mudah datang dan pergi...
***
Maafkan aku, jika hadirku dihatimu hanya
menorehkan luka yang mungkin tak pantas untuk kau terima kesakitannya. Aku
memang egois, dan entah apa yang akan kau katakan tentang diriku. Lelaki brengsek
yang hanya bisa mempermainkan perasaan wanita. Lelaki tak punya hati dan
sederet prestasi bejat yang mungkin telah kusandang. Atau lebih tepatnya
Laki-laki ‘Play Boy Cap Kadal’. Itu kata sebagian wanita yang telah
kukhianati cintanya, termasuk dirimu yang kini tengah terluka.
Aku alpa. Sengaja menjalin cinta dengan
wanita lain, sedang aku tengah berpacaran dengan wanita yang lagi-lagi harus
kutinggalkan jejak cintanya. sebelas wanita telah terluka. Secara
terang-terangan telah kucampakkan mereka begitu saja. Aku tak tahu, sampai
kapan aku akan menjalani cinta yang
hanya melukai separuh hati yang mungkin terlalu indah jika dua hati di satukan
menjadi satu cinta.
Sungguh naïf rasanya cinta ini, tapi jangan
pernah salahkan cinta, karena cinta selamanya memang tak pernah salah. Hanya
hati yang mungkin belum bermuara pada hakikat cinta yang sesungguhnya. Atau
entahlah… Akupun terlalu lelah memikirkan jalan cintaku yang terasa begitu
angkuh dan hanya menyakiti hati para wanita yang tak pernah kumengerti akan
dalamnya luka yang tengah dirasakannya.
Lagi-lagi, Aku harus meninggalkan wanita
yang sebelumnya adalah ‘pacar’ku yang ke dua belas. Terkadang terselip do’a
untuk diriku yang penuh dosa, agar aku dapat menemukan cinta yang sesungguhnya,
cinta yang dapat kucecap manisnya rasa yang telah Tuhan titipkan kepada tiap
hamba yang diciptakannya. Namun sulit bagiku menyadari kealpaanku. Entah
terbuat dari apa hati ini, hingga dua belas cinta kini telah kupupuskan dari
relung hati dan tak sedikitpun menyisakan rasa sesal dalam diri ini. Yang ada
hanya luka. Ya, luka yang terpaksa harus kutorehkan pada tiap hati yang pernah
memberikan cintanya untuk kumiliki.
***
Tiga belas cinta kini telah masuk dalam
perangkap hati yang durjana, Aku bersama Sania telah mengikat sebuah ‘cinta’,
bagiku itu adalah hal yang biasa, bahkan mungkin sangat biasa, namun tidak
untuk Sania, dia berani memberikan cintanya karena percaya tak selamanya lelaki
brengsek sepertiku akan terus tenggelam dengan ‘cinta sesaatnya’, yang membuat
banyak wanita menerima kebengisan akan cintanya yang tak pernah merasakan
bahagia dalam menjalaninya. Bahkan, yang tercipta hanya luka dan kecewa yang
tak pernah ada batas rasa puasnya.
Namun Sania berani jika harus kecewa, ia
telah memberikan sepenuh hatinya untuk kujadikan pelampiasan dalam pencarian
hakikat cinta yang sesungguhnya. Adakah cinta yang abadi selamanya? Entahlah…
Namun Sania menjanjikan itu semua, hingga aku mulai benar-benar mencintainya
bahkan tak ada rasa sedikitpun untuk sekedar meninggalkan atau bahkan
melukainya.
Aku menemukan cinta yang sesungguhnya dihati
Sania, terpancar dari aura kecantikan jiwa dan raganya yang membuat aku enggan
mencari cinta untuk kusakiti keberadaannya. Gadis yang nyaris sempurna, yang
pernah kucecap cintanya sejauh dua belas cinta yang sebelumnya harus berakhir
sebelum cinta itu Benar-benar tumbuh dalam hati yang durjana.
***
“Raka, aku tahu tentang rasamu kepadaku.
Seperti halnya rasa dua belas wanita yang telah kau campakkan cintanya begitu
saja. Pencarianmu harus bermuara sampai di satu hati. Dan atas nama cinta, aku
mohon Raka, hentikan pengembaraan cintamu kepada wanita-wanita yang tak
berdosa. Bila memang kau harus melukai hati wanita lagi, kuharap akulah
wanitamu yang terakhir akan kau sakiti”. Sania berkata dalam pelukanku, ketika
kami sedang memadu cinta dibawah sinar sang rembulan.
“Kusadari semua kesalahanku, Sania. Aku
memang terlalu salah menyakiti wanita-wanita itu. Tapi tidak untuk kamu.
Percayalah, kini aku telah menemukan cinta yang sesungguhnya dalam dirimu
Sania. Aku tak akan pernah melukaimu. Aku sungguh mencintaimu. Tiga belas cinta
ternyata mampu membuat aku cukup mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya”. Aku
menggenggam erat kedua tangan Sania, sebelum akhirnya kami tenggelam dalam
dekapan mesra lautan cinta… J.
*Cerita ini telah terangkum dalam Buku antologi Cerpen "Misteri Angka 13" - Penerbit harfeey 2013
0 komentar:
Posting Komentar