Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

17
April

By. Muhrodin “AM”

***
            Aku tak cukup mengerti, mengapa cinta mudah datang dan pergi. Laiknya hembusan angin yang menerpa tubuhku, kurasakan dasauannya, namun sekejap itu pula ia akan berlalu dan tak meninggalkan setitik jejak dalam  diriku. Seperti halnya cintaku, yang begitu mudah singgah dalam lubuk hati ini, seperti mudahnya  rasa  itu menghilang hingga tak berbekas lagi.
Itulah diriku dengan segala rasa yang kumiliki, bukan maksud hati untuk mempermainkan setiap wanita yang pernah memberikan cintanya untukku. Tapi, sekali lagi aku tak cukup mengerti dengan cinta ini yang mudah datang dan pergi...
                                                           ***
Maafkan aku, jika hadirku dihatimu hanya menorehkan luka yang mungkin tak pantas untuk kau terima kesakitannya. Aku memang egois, dan entah apa yang akan kau katakan tentang diriku. Lelaki brengsek yang hanya bisa mempermainkan perasaan wanita. Lelaki tak punya hati dan sederet prestasi bejat yang mungkin telah kusandang. Atau lebih tepatnya Laki-laki ‘Play Boy Cap Kadal’. Itu kata sebagian wanita yang telah kukhianati cintanya, termasuk dirimu yang kini tengah terluka.
Aku alpa. Sengaja menjalin cinta dengan wanita lain, sedang aku tengah berpacaran dengan wanita yang lagi-lagi harus kutinggalkan jejak cintanya. sebelas wanita telah terluka. Secara terang-terangan telah kucampakkan mereka begitu saja. Aku tak tahu, sampai kapan  aku akan menjalani cinta yang hanya melukai separuh hati yang mungkin terlalu indah jika dua hati di satukan menjadi satu cinta.
Sungguh naïf rasanya cinta ini, tapi jangan pernah salahkan cinta, karena cinta selamanya memang tak pernah salah. Hanya hati yang mungkin belum bermuara pada hakikat cinta yang sesungguhnya. Atau entahlah… Akupun terlalu lelah memikirkan jalan cintaku yang terasa begitu angkuh dan hanya menyakiti hati para wanita yang tak pernah kumengerti akan dalamnya luka yang tengah dirasakannya.
Lagi-lagi, Aku harus meninggalkan wanita yang sebelumnya adalah ‘pacar’ku yang ke dua belas. Terkadang terselip do’a untuk diriku yang penuh dosa, agar aku dapat menemukan cinta yang sesungguhnya, cinta yang dapat kucecap manisnya rasa yang telah Tuhan titipkan kepada tiap hamba yang diciptakannya. Namun sulit bagiku menyadari kealpaanku. Entah terbuat dari apa hati ini, hingga dua belas cinta kini telah kupupuskan dari relung hati dan tak sedikitpun menyisakan rasa sesal dalam diri ini. Yang ada hanya luka. Ya, luka yang terpaksa harus kutorehkan pada tiap hati yang pernah memberikan cintanya untuk kumiliki.
***
Tiga belas cinta kini telah masuk dalam perangkap hati yang durjana, Aku bersama Sania telah mengikat sebuah ‘cinta’, bagiku itu adalah hal yang biasa, bahkan mungkin sangat biasa, namun tidak untuk Sania, dia berani memberikan cintanya karena percaya tak selamanya lelaki brengsek sepertiku akan terus tenggelam dengan ‘cinta sesaatnya’, yang membuat banyak wanita menerima kebengisan akan cintanya yang tak pernah merasakan bahagia dalam menjalaninya. Bahkan, yang tercipta hanya luka dan kecewa yang tak pernah ada batas rasa  puasnya.
Namun Sania berani jika harus kecewa, ia telah memberikan sepenuh hatinya untuk kujadikan pelampiasan dalam pencarian hakikat cinta yang sesungguhnya. Adakah cinta yang abadi selamanya? Entahlah… Namun Sania menjanjikan itu semua, hingga aku mulai benar-benar mencintainya bahkan tak ada rasa sedikitpun untuk sekedar meninggalkan atau bahkan melukainya.
Aku menemukan cinta yang sesungguhnya dihati Sania, terpancar dari aura kecantikan jiwa dan raganya yang membuat aku enggan mencari cinta untuk kusakiti keberadaannya. Gadis yang nyaris sempurna, yang pernah kucecap cintanya sejauh dua belas cinta yang sebelumnya harus berakhir sebelum cinta itu Benar-benar tumbuh dalam hati yang durjana.
***
“Raka, aku tahu tentang rasamu kepadaku. Seperti halnya rasa dua belas wanita yang telah kau campakkan cintanya begitu saja. Pencarianmu harus bermuara sampai di satu hati. Dan atas nama cinta, aku mohon Raka, hentikan pengembaraan cintamu kepada wanita-wanita yang tak berdosa. Bila memang kau harus melukai hati wanita lagi, kuharap akulah wanitamu yang terakhir akan kau sakiti”. Sania berkata dalam pelukanku, ketika kami sedang memadu cinta dibawah sinar sang rembulan.

“Kusadari semua kesalahanku, Sania. Aku memang terlalu salah menyakiti wanita-wanita itu. Tapi tidak untuk kamu. Percayalah, kini aku telah menemukan cinta yang sesungguhnya dalam dirimu Sania. Aku tak akan pernah melukaimu. Aku sungguh mencintaimu. Tiga belas cinta ternyata mampu membuat aku cukup mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya”. Aku menggenggam erat kedua tangan Sania, sebelum akhirnya kami tenggelam dalam dekapan mesra lautan cinta… J.

*Cerita ini telah terangkum dalam Buku antologi Cerpen "Misteri Angka 13" - Penerbit harfeey 2013 

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

salju

Blog Archive