By.
Muhrodin “AM”*
Hujan
merindu, angin mendayu, lirik sendu malam kelabu.
Ia
mulai menawar cinta dalam pekat malamnya yang kian meraja, Berima kata bersama
rinai hujan ia menguntai do’a, tentang cinta pada sang pencipta alam semesta
dan segala yang terangkum dalam segurat rasa yang selama ini selalu merajai
hatinya.
Aih,
andai purnama dapat terbaca pada malam murka yang penuh laknat dari sang
malaikat. Mungkinkah hatinya akan seindah butiran ratna dalam dasar samudera
yang sesiapa akan silap ketika memandangnya?. Tapi malam tetap setia dengan
pekatnya, Dan Tuhan tak pernah alpa, pada hambanya yang saat sepertiga malam
merapal do’a, melantunkan Ayat-ayat-Nya, sebaris cahaya membias dibatas
cakrawala, ; Tuhanku menitipkan salam rindu untuk hambanya yang setia memadu
kasih hingga fajar datang menyapa. Pada hambanya yang senantiasa melabuhkan
bahtera cinta sucinya hanya untuk-Nya.
***
Dan
malampun masih setia dengan kidungnya, yang menyejukan jiwa hingga hamparan
luas bumi persada. Derainya tersambut angin malam yang menyampaikan risalah
hatinya, tentang keindahan kuasa-Nya
dalam mencipta cinta diantara para mahluk-Nya.
Adalah
do’a yang tersemat dalam bahasa kata, pada pucuk malam ia berpagut mesra.
Berharap biasnya dapat mewarnai langit kemala untuk keabadian cinta sucinya
seperti bianglala yang tercipta setelah nyanyian hujan reda.
Muhrodin
“AM”
Lahir
di Kota Bandar Lampung, 23 Februari 1991
Sekarang
masih Nyantri di Pon-pes Al-ihya ‘Ulumaddin Kesugihan 1 Cilacap Jawa Tengah.
Bisa diakrabi melalui Fb. Amir_muhammad38@yahoo.com
/ Twitter @MuhrodinAM
*Prosa ini telah terangkum dalam Buku Antologi Prosa Liris "Dear Allah" - Afsoh Publisher 2013
0 komentar:
Posting Komentar