Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

15
Agustus

Oleh: Muhrodin “AM”*

Adellea... 
Aku merindukan saat menyapamu di sepertiga malam yang sunyi. Entah bagaimana kisah itu bermula, aku bahagia ketika engkau selalu membalas chatt-ku di malam-malam punai; sebagai hantaran (sebelum) akhirnya kita sama-sama makan sahur dengan segelas kenangan dan sepiring kerinduan.
"Adellea..."
"?"
"Sedang apa?"
"Listening Music."
"Belum mengantuk, 'kah?"
"Belum."
----
Seringkali malam membuatku cemburu, karena engkau kerapkali mengatakan lebih memilih bercengkerama dengan malam --mungkin jua engkau tengah melafadzkan tadarus kerinduan-- daripada harus membalas sapaku yang (menurutmu) terkadang sangat membosankan. Tapi aku tak cukup mengerti, mengapa hingga kini engkau masih selalu saja memberikan seutas harapan. Sayang, adakah itu hanyalah semacam harapan semu?
Aku merindukanmu, Adellea...
Canda yang berbilang waktu, ternyata begitu mampu membuatku jatuh cinta kepadamu.
Adellea...
Apakah kau mengerti? jika basa-basiku di setiap malam yang sunyi, hanya berlaku untuk seseorang yang kurindui, yang kucintai?
Kusadari, kendati aku begitu ingin kita bisa meniti malam dengan kidung kemesraan, tapi engkau harus pergi sebelum ramadhan ini benar-benar dapat kukhatamkan. Karena setelah kuutarakan rindu yang menghunjam, engkau pergi begitu saja dan menghilang tanpa pesan.
Aku ingin engkau tahu, Adellea. Lewat elegi embun pagi; kukirimkan sekerat do'a dan semangkuk puisi paling diksi, agar engkau mengerti bahwa rinduku takkan pernah habis sekalipun telah berkali-kali ditelan hujan bulan pasi... []


Al-Ihya ‘Ulumaddin, 04 Juli 2015*

Muhrodin “AM” , Adalah aki-laki penyuka senja dan hujan. Saat ini masih nyantri di Pon-pes Al-ihya ‘Ulumaddin Kesugihan 1, Cilacap. Bisa diakrabi melalui: e-mail: Muhrodin.am@gmail.com/ Fb. Muhammad Amirudin.

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.