By.
Muhrodin “AM”*
Tak
ada yang salah dengan cinta, hanya manusianyalah yang terkadang salah
menempatkannya...
Aku
tak hendak bermain api, apalagi sampai api itu berkobar yang bisa jadi akan
melukai. Jika kita (pernah) dipertemukan karena cinta, maka kuyakini kita
berpisah pun karena cinta.
“Aku
kira kita takkan pernah bertemu lagi, Fan. Setelah sekian lama engkau pergi
tanpa kabar...” ia tergugu dalam pelukanku. Betapapun bahagianya ia pada saat
itu, tapi kusadari ia amat terluka ketika satu tahun lalu aku meninggalkannya
begitu saja.
“Maafkan
aku, Am. Aku kira engkau akan berubah setelah aku pergi, tapi nyatanya aku
salah...”
Di
langit bulan pasi. Hanya beberapa bintang yang berpendar. Aku masih belum
sepenuhnya sanggup mengatakan itu kepada Amri setelah kepergianku satu tahun
lalu cukup membuatnya terguncang.
Aku
mengerti ia masih mencintaiku, hingga ketika malam telah punai, ia masih saja
membiarkan airmatanya berkelindan. Luruh membasahi bahuku yang sempat menjadi
tempatnya untuk bersandar.
“Tidak
kah kau ingin memperbaiki jalan cintamu, Am?” aku kembali membuka percakapan, berusaha
mencairkan suasana yang sempat beku.
“Kau
tahu, Fan? Aku bukanlah lelaki sepertimu yang dengan mudahnya melupakan masa
lalu. Meski hati kecilku berontak dengan apa yang selama ini kuyakini, tapi aku
tak cukup mampu ‘tuk menolak rasa yang seringkali menggangguku,
“Sejak
kecil, aku tak pernah merasakan kasih-sayang orangtua. Setelah Ayah
meninggalkan Ibu dan aku, Ibu pun mengakhiri hidupnya karena tak kuasa menahan
derita. Waktu itu, aku masih sangat kecil, Fan. Masih sangat membutuhkan
belaian kasih sayang. Jika nyatanya kini aku memiliki perasaan cinta yang
menyimpang, masihkah engkau (jua) akan menyalahkanku untuk kemudian
meninggalkanku, Fan?”
Aku
terdiam. Ada yang terasa belah di hatiku.
“Maafkan
aku, Am. Aku harus pergi bukan untuk kembali lagi menemuimu seperti saat ini,
tapi aku akan meninggalkanmu untuk selamanya...” bisikku pada hatiku, karena
setelah ini, aku benar-benar akan pergi; merajut cerita dengan seorang wanita
yang akan mengantarkanku pada kebahagiaan yang hakiki. []
Al-Ihya ‘Ulumaddin, 01 Juli 2015*
#FF_Rabu_No_LBGT_Grup_Es
Campur
Muhrodin
“AM”*
Lahir di
Lampung 23 Februari 1991. Sekarang masih nyantri di Pon-pes Al-Ihya ‘Ulumaddin,
Kesugihan 1 Cilacap, Jawa Tengah. Aktif di Buletin INSPIRASI dan Ihya Magazine
sejak 2010. Ia bisa diakrabi melalui fb. Muhammad Amirudin / Twitter:
MuhrodinAM. J
0 komentar:
Posting Komentar