By. Muhrodin “AM”*
~**~
...Senja ke sekian di belahan bumi persada; adalah
engkau, aku, dan mereka yang bernapas dengan segenap cinta...
Ini adalah hari di mana engkau merasakan nikmat yang tak
tertangguhkan. Betapa tidak? Tuhan telah memberikan satu angka (lagi)
setelah umurmu yang keenam belas lalu, betapa umur yang masih teramat belia,
bagimu.
Pada sulur-sulur do’amu, setangkup mantra untuk merayu Tuhan
agar berkenan memberikan kelapangan kasih-sayang dan cinta-Nya, jua mimpi-mimpi
yang teramat berarti dalam tiap napas yang berembus; adakah cinta, cita dan asa
seluas samudera yang tak di-amini oleh ikan di lautan dan daun-daun yang
berguguran?
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Rengkuhlah mimpi-mimpi, sebelum langit dengan jubah hitamnya
mengelabuhimu. Jua hujan dengan terpaan badainya menelikung dari apa yang
menjadi awal harapmu. Karena setelah hari ini, masih ada seribu hari yang akan menanti
untuk kau tapaki dengan hati seputih salju dan jiwa sebening airmatamu.
Pada sebait kata yang adalah untaian do’a-do’a, kueja namamu
pada sehelai kertas nan putih tanpa noda. Seperti halnya cinta yang ‘kan selalu
tersemat di kedalaman lubuk jiwa, do’alah do’a pada Tuhan yang kasih-sayang-Nya
adalah cahaya paling didamba...
Lilin Tanpa Nyala, agar kau mengerti bahwa sejatinya yang ada
akan kembali pada apa yang disebut tiada. Hanya kasih-sayang dan ketulusan yang
akan mengantarkan engkau pada muara yang kau sebut cinta; yang kau sebut surga.
Semoga, Tuhan senantiasa mengalirkan cinta dan kasih-sayang-Nya selaksa
renjana di telaga firdaus-Nya. Aamiiin...
...Engkau muara do’a... []
0 komentar:
Posting Komentar