By. Muhrodin “AM”*
Kelak, aku pasti akan merindukannya...
“Semoga selamat sampai tujuan, Mas.” Pesan singkat itu
kubaca saat aku sedang dalam perjalanan Cilacap-Purbalingga.
Kau tahu, betapa bahagianya aku pada saat itu. Aku belum
mengenalnya, hanya sebatas nama dan karena kita sering bersua aku menyukainya,
dan akhirnya kunamai itu adalah c.i.n.t.a.
Senja tiba-tiba saja begitu indah di mataku. Meski kutahu
jalanan tak ubahnya bising lebah bahkan lebih buruk dari itu.
Ya, ini adalah ramadan yang ke sekian kalinya aku tak
berkumpul dengan keluarga di Sumatera. Banyak sekali alasan yang tak mampu
kujabarkan. Hingga lagi-lagi, Purbalingga adalah tempat di mana aku harus
berpulang.
Teramat sulit bagiku tuk sekadar melangkahkan kaki
meninggalkan Al-Ihya[1],
di mana seribu asa telah tercipta dan sejuta cerita dalam pinangan senja tak
akan pernah terlupa. Jika bukan karena permintaan seorang karib, tentu saja aku
tak akan meninggalkannya.
“Sekarang sudah juz berapa?” itu adalah pertanyaan yang
selalu saja kuulang-ulang. Betapa tidak? Aku berharap banyak ia akan menjadi
seseorang yang istmewa di mataku, jua di mata-Nya.
Senja sebentar lagi sirna, dan aku telah sampai di
perempatan jalan yang akan mengantarkan pada pelukan rindu yang semakin menggurita.
[*]
Al-Ihya ‘Ulumaddin, 14 Juni 2015*
#LMCR_UNSA
0 komentar:
Posting Komentar