By. Muhrodin
“AM”
***
Semua orang di jagad raya ini, pasti
tak ada yang ingin hatinya terluka, atau sekedar tertekan karena sebuah
perasaan yang mengganggu hati dan pikirannya, terlebih Ia, yang mungkin belum pernah merasakan asap dari
percikan api setelah nyalanya kian meraja.

Hatinya yang memang mudah terluka
serasa terkoyak, ketika rekan-rekannya selalu memojokkan dan menyalahkan segala
tingkah laku dan tindakannya yang harus dan yang seharusnya ia lakukan.
Salahkah? Ia yang belum mampu untuk sepenuhnya
memuliakan seseorang yang memang harus dimuliakan. Dan salahkah? Ia yang belum
mampu sepenuhnya takdzim dan berlaku baik kepada beliau, hingga semuanya
menyalahkan, menggunjingkan bahkan merendahkan segala tindakannya ketika harus
bersama beliau dalam satu atap dan satu realita kehidupan yang sesungguhnya
menjadi yang katanya ‘Mahasiswa’.
Ia benar-benar lelah memikirkan itu
semua, hingga ia terus menguntai do’a, semoga suatu saat nanti, alam mampu
berdamai dengannya, atau desir angin larut malam akan mengabarkan, ada sebagian
sayap yang patah, sehingga ia tak mampu lagi untuk menopang hidupnya. Merasai
luka yang semakin menganga, melihat semuanya yang tak pernah bisa mengerti
dengan separuh keadaannya.
Ia lemah, hanya butiran debu ia
mengibaratkan dirinya dalam kehidupan ini, tapi sekali lagi, siapakah di dunia
ini yang hatinya ingin terluka?
“Aku tak suka, jika harus
disuruh-suruh dan selalu disalahkan.” Itu egonya
yang mungkin telah menjadi bagian dari separuh hatinya.
“Dia itu Kyai, Seharusnya
kamu menyiapkan makanan untuknya, Mencucikan pakaiannya, dan melakukan
segalanya, jangan malah diam saja.”
Ribuan sembilu mereka hujamkan
hingga ia
merasa tak kuasa menahan luka yang semakin menyayat nyinyirnya.
Andai saja mereka tahu, ia begitu
tertekan dengan segala hujatan yang selalu mereka lontarkan dengan tanpa
perasaan.
Mereka selalu saja mencari-cari
kesalahan tanpa mereka pikirkan kekurangan mereka sendiri.
***
Pelangi itu indah. Yeah ia percaya,
pelangi itu memang indah, namun apalah artinya bila biasnya hanya bertahan sepersekian
menit dari banyaknya waktu yang tak lagi dapat untuk sekedar diukur dengan
dinamika kehidupan kita.
Segala sesuatunya pasti akan ada
hikmahnya, entah bagaimana caranya Tuhan akan menunjukan kuasanya kepada kita
semua. Seperti halnya KKN ini, ia tak pernah lelah untuk terus berharap, Semoga
suatu saat nanti, di mana semua
jernihnya akan kembali seperti semula. Segala perihnya tak akan ada yang
sia-sia.
Hingga nanti…
Ketika KKN ini mencapai puncaknya,
atau setidaknya, ketika semuanya dapat terealisasikan dalam sepenggal kisahnya,
ia mampu bernapas lega, tak ada lagi luka, tak ada lagi sakit dan kecewa yang
singgah dalam lubuk hatinya.
Semoga…Semuanya akan berakhir
bahagia…
Am_ 22. 59
Pada mata yang hampir terpejam… dan
Tuhan yang terus menuntunnya dalam meramu alur cerita kehidupan… :)
***
&&&
Ia
percaya, hidup itu laksana roda yang terus berputar. Semuanya pasti akan indah
pada waktunya…
Kini ia
mengerti, nasib teman-teman kelompok KKN yang lain. Yang senasip sepenanggungan pun, banyak yang tak lebih indah dan
lebih baik darinya. Cerita yang mengalir laksana air, pengalaman yang terbias,
membuatnya banyak belajar untuk tetap bersyukur dengan segala ketentuan yang
telah Tuhan berikan.
Terselip
rasa bersalah dalam hati kecilnya, ketika kini, semuanya baik-baik saja. Setiap
manusia memang tak ‘kan pernah lepas dari yang namanya salah dan dosa, jadi tak
ada lagi alasan baginya untuk menyalahkan teman-temannya, atau mungkin
seharusnya ia menyalahkan dirinya? Karena tak pernah peka dengan keadaan
disekitarnya, atau karena ia merasa masih terlalu belia, sehingga semuanya
memang butuh waktu untuk membuatnya lebih ‘dewasa’ dalam menyikapi realita
kehidupan yang sesungguhnya.
Syukur.
Yeah, kata itulah yang seharusnya dari dulu ia sematkan dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai Mahasiswa. Salah satu program KKN memang untuk
‘mendewasakan diri’ bagi ia yang masih terlalu sempit dalam memaknai arti
kehidupan.
Semoga
rasa itu akan terus ada hingga nanti semuanya berakhir dalam kenangan indah
yang selamanya tak akan pernah terlupakan. Semoga…
***
Bintang-gemintang
bergelayut di batas langit malam. Pendarnya membias
memancarkan cahaya kesucian. Pada malam yang kian meraja, ia merapal untaian do’a
untuk kebaikan semuanya, ia hanya ingin merasakan indahnya kebersamaan dalam
meretas kehidupan bersama, dan selebihnya adalah kedamaian yang sejati. Yang
terpancar dari lubuk hati yang suci, agar kilaunya dapat ia temui selepas
kepergiannya nanti, merajut cita-citanya, hingga ia temui kebahagiaan yang
haqiqi .
***
Cilacap, 25 Maret – 02 April 2013*
*Cerita ini telah terangkum dalam Buku Antologi FTS "Aku yang Lain #2" - Penerbit Harfeey 2013
0 komentar:
Posting Komentar