Penyihir Aksara (Malaikat Salju)

Do'a Kalimat Pena By. Muhrodin "AM"

05
Mei

By.Muhrodin “AM”*
***

            Masa putih abu-abu adalah masa terindah dalam hidupku. Ya, kita percaya, cinta bisa hadir kapan saja, dan tak bisa ‘tuk dipungkiri, masa SMA adalah masa-masa terindah untuk remaja,  terlebih bagi dia yang baru saja merasakan percikan api cinta yang membara. Seperti halnya Regan, cinta telah merubah dunia menjadi seperti bianglala selepas hujan, warna-warninya menghiasi tiap kali ia bertemu dengan bidadari yang laiknya nawang wulan. Aih indahnya…
            Hana, adalah nama cinta pertamanya. Sejak pertama kalinya Regan masuk di sekolah SMANSA Kesugihan, ia tak pernah menyangka kalau akhirnya akan bertemu dengan wanita yang rupawan seperti bidadari taman syurga.
            Ya, mereka dipertemukan pertama kalinya sewaktu Masa Orientasi Siswa. Kakak-kakak panitia telah menghukum mereka berdua karena ulahnya yang tak mau membawa jenis makanan empat sehat lima sempurna.
            Senyum malu-malu, kesan pertama saat mereka disuruh duet membawakan lagu ‘Cinta kita’ nya Shireen sungkar Feat Tengku Wisnu. Namun selanjutnya, Regan harus berterimakasih kepada panitia MOS yang telah menghukumnya, karena berawal dari itu semua, cinta itu tumbuh bersemi dalam lubuk hati yang suci.
            “Aku mencintaimu, Hana.” Regan berkata tanpa tedeng aling-aling saat mereka sedang bersama di bawah pohon ceri taman samping sekolah. “ Hmmm… kamu bercanda ya?” Sambil sesekali Hana membolak-balik Novel yang dipegangnya, ia menanggapi kata-kata regan dengan tanpa penasaran.
“Aku serius, Hana. Aku benar-benar mencintaimu.” Kali ini kata-kata Regan mampu membuat Hana berpaling dari Novelnya. Dilihatnya lekat wajah Regan, dicari celah kebohongan dalam sorot mata indahnya, namun yang ada justru keteduhan karena kejujuran kata-katanya. Hingga membuat Hana sepersekian detik terpana tak percaya.
“Kok malah bengong, gimana? Kamu mau nggak jadi pacarku? Hehe…” suasana kembali cair, karena Regan tahu, Hana mulai terbawa perasaan.
***
Mata pelajaran Bahasa Indonesia baru saja usai, namun Regan tak hendak keluar kelas seperti biasanya, menemani Hana di taman samping sekolah menghabiskan waktu istirahatnya untuk membaca Novel atau sekedar bercanda tawa. Setelah duduk di bangkunya, sebelum pelajaran dimulai, Regan telah menemukan lipatan kertas berwarna biru muda dengan bunga-bunga yang menghiasi bagian tengahnya. Ia begitu penasaran dengan isi kertas itu, sampai-sampai ia rela tak keluar kelas meski sebenarnya Regan adalah orang yang anti duduk berlama-lama di kelas jika memang tak sedang pelajaran.
Dilihat dari gaya tulisannya, ia yakin kalau itu bukan tulisan Hana. Tapi siapa? Regan sedikit mengerutkan dahinya, saat kata pertama yang dibacanya ditujukan untuk dirinya…

Dear : Regan, Sang Pangeranku…
Adakah cinta seindah bintang di angkasa? yang kerlipnya menghiasi istana langit? Ingin kuterbang ke pulau kahyangan, bersamamu menuju kerajaan bintang yang penuh kebahagiaan…
Cintamu adalah candu untuk diriku, bersamamu adalah anganku yang selalu kurindu. Pangeranku, tiap kali kulihat senyum di bibirmu, serta hitam bola matamu, inginku bersamamu merajut kisah dalam untaian cinta. Tapi, apalah daya, menyapamu aku tak bisa, bukan aku tak sanggup, namun, aku bukanlah bunga dengan segala aroma yang mampu membuatmu terlena. Hanya anganku yang terus mengembara mencari setitik kasih dan cinta hingga nanti kan kutemukan di mana cintaku akan bermuara. Semoga kamu pun merasakan hal yang sama seperti cinta ini yang kupersembahkan hanya untukmu selamanya.
Pengagum Rahasiamu
J.      
Secepat kilat Regan melipat kertas biru itu tak beraturan. Dilihatnya sekeliling kelas, takut-takut kalau ada seseorang yang melihat tingkahnya. Degup jantungnya terasa begitu kencang. Ia bingung, siapakah sebenarnya yang menulis surat itu? Membuat angannya ikut mengembara bersama resahnya yang tak kunjung reda…
Usai istirahat, di dalam kelas Regan banyak diam, bukan karena ia memperhatikan pelajaran, tapi lebih karena ia masih memikirkan surat biru yang tak bertuan. Hingga pulang sekolah ia masih tetap bisu, meski beberapa kali Hana mengajaknya bicara, namun Regan hanya menjawab dengan isyarat sebagai bahasanya.
***
Seminggu berlalu, Regan sudah melupakan surat misterius itu. Hari-harinya kini penuh warna dan pesona. Hana yang selama ini menjadi wanita impiannya, telah menjadi belahan jiwanya. Hana dan Regan kini resmi ’pacaran’.
Disaat mereka sedang berdua di bawah pohon ceri taman sekolah, di balik jendela kelas, ada sepasang mata yang berkaca-kaca. Ia menahan luka yang mendera karena rasa cinta dalam diamnya membuat ia semakin tersiksa.
Regan tak pernah menyadarinya. Segalanya memang atas kehendak-Nya, Hingga suatu ketika, Hana meminta Regan untuk datang kerumahnya dan memutuskannya begitu saja.
Akhirnya ia tahu, di atas dua hati yang mengikat tali cinta, ada satu hati yang terluka. Jenny, teman se bangku Hana, tak pernah disangkanya ternyata telah lama memendam rasa kepada Regan, bahkan jauh-jauh hari sebelum Hana mengikrarkan  rasa cintanya…
&&&

Al-ihya’Ulumaddin, 12 Feb. 2013*

*Cerita ini telah terangkum dalam Buku Antologi Cerpen "Cerit SMA #2" - Penerbit Harfeey 2013

0 komentar:

Posting Komentar

X-Steel - Link Select

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.