By. Muhrodin
‘AM’
~**~
Marhaban
yaa syahru ramadhan | Marhaban syahru sa'adah | Marhaban syahrul 'ibadah | Marhaban
yaa khaira khalkillah... 'alimu sirri wa akhfa | Mustajibu da'awati | Robbi
farhamna jami'a | Bijami'i sholihati...
Selama kurang-lebih tujuh tahun
kudengarkan sholawat itu. Sungguh ada getar rindu yang menelisik di kedalaman
lubuk hati; rindu pada Rabbku, dan juga rindu pada Nabiku.
Ramadhan
ini mungkin tak seperti ramadhan-ramadhan kemarin; di mana segalanya --menurut kebanyakan santri-- begitu indah; begitu bebas
dan begitu menyenangkan. Meski tak kupungkiri; demi Tuhan yang diriku dalam
kekuasaannya. Ramadhan ini masih tetap sama; masih ada rindu, jua
kedamaian dan keteduhan yang tak
seharusnya kudustakan.
Meski peraturan
di pesantren kini tak seperti dulu lagi; tak ada istilah makan di luar, karena
di berbagai penjuru pintu telah digerbang dan dijaga ketat oleh keamanan. Namun
sungguh, aku masih merasakan bahagia ini yang sampai tak bisa ternamai.
Kepengurusan pesantren ramadhan
ini benar-benar telah diubah total, komplek mahasiswa yang kini kusinggahi
telah berganti didomisili oleh santri baru tingkat MA dan SMA. Banyak
teman-teman yang kalangkabut menghadapi situasi seperti ini; di mana sisi
kedamaian hendak kami cari (lagi)? Ah, kembali berkaca pada jiwa, bahwa
hakikatnya kami semua di sini hanya numpang, niat mesantren untuk menuntut
ilmu, bukan untuk yang lain. Segala yang ada harus kami jalani dengan lapang
dada...
Alhamdulillah, aku masih bisa
tinggal di tempat persemayaman paling damai. Bukan tanpa alasan, kawan, karena
santri baru juga butuh pembimbing yang harus mengarahkan segala hal-ihwal
tentang kegiatan-ma’murat dan manhiyat yang berlaku di pesantren tercinta ini.
Mulai dari ba’da maghrib
setelah jama’ah, ada kegiatan darusan al-Qur’an, sholawat nariyah, dilanjutkan
setoran wajib sholawat munjiyat bagi santri-santri baru komplek Sabilul
Hidayah. Kemudian jama’ah sholat isya dan sholat tarawih.
Rof’ul Haroj adalah kitab yang
aku kaji ba’da sholat Tarawih kepada KH. A. Shoim el-Amin, Lc. Kitab ini
mengkaji tentang hadits kontemporer; masalah-masalah yang kita hadapi di zaman
android ini. Sedang untuk santri-santri baru mengkaji makhorijul huruf, belajar
menulis arab pegon dan praktik ibadah kepada ustadz-ustadz yang telah
ditentukan.
Ramadhan ini sungguh, aku harus
banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT; karena segala cinta dan
kasih-sayangNya begitu dekat kurasakan. Kami menyiapkan makanan buka-sahur
untuk santri-santri baru, meski terkadang miris karena lauk yang sangat
seadanya --yang mungkin
bagi mereka sungguh belum terbiasa--; namun di situlah sejatinya aku dapat merasakan bahwa mereka
adalah santri yang luar biasa.
Terlebih ketua staff kami yang
tak pernah tidur demi tanggung jawabnya, dia adalah gus, seorang putra kiyai
yang rendah hati, sabar, dan penyayang kepada semuanya. Semoga kelak Allah
benar-benar menempatkan beliau
disebaik-baik tempat di sisiNya. Aamiiin...
Aku bahagia, ramadhan ini
sungguh penuh makna. Bisa bersama-sama santri baru mendekatkan diri, bermunajat
di sepertiga malam yang sunyi. Berharap jika ramadhan esok aku memang
benar-benar sudah tak bisa menghirup udara di pesantren lagi, Allah akan tetap
menjaga dan menuntunku di jalan yang diridhoi. Aamiiin...
Terimakasih, Tuhan... karena
ramadhan ini Engkau masih memberiku ketetapan iman dan islam; memberiku cinta
dan kasih-sayang, keteduhan dan kesejukan selaksa telaga al-Kautsar. []
PPAI, 04 Juli 2014/ 06 Ramadhan
1435
Muhrodin.am@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar