By. Muhrodin
“AM”*
~**~
Yaa
robbana dzholamna angfusana wa illam taghfirlana watarhamna lanakuu nanna minal
khosirin...
Usai
sudah latihan khataman al-Qur’an binnadzri dan Juz ‘amma bilkhifdzi. Sudah H-7
Haul[1]
KH. Badawi Chanafi dan Ultah Pon-pes Al-ihya ‘Ulumaddin, namun al-Qur’anku
belum juga khatam. Jujur, aku tidak tahu harus mulai dari mana? Aku sudah berhenti
sejak setahun lalu ketika aku KKN, dan baru kali ini keinginan itu kembali
menggebu; aku ingin ikut khataman.
Bukan
tanpa alasan aku belum mulai setoran al-Qur’an (lagi), kawan, selain karena
belum hafal juz 30, juga karena tak ada sedikit keberanian untuk sowan[2]
kepada ustadz yang menjadi guru setoranku. Dan kini, lagi-lagi aku alpa.
“Jangan
sampai ketika malam khataman, kalian belum khatam al-Qur’annya, karena itu sama
saja kalian membohongi ribuan jama’ah yang hadir di acara Haul Masyayikh[3]
nanti.”
Kata-kata
ustadz Faishal selaku pengampu khataman al-Qur’an kami masih terngiang jelas di
telingaku. Aku takut jika hal itu akan terjadi pada diriku, meski tak
kudustakan setiap nikmat yang telah Tuhan berikan; jujur, ini adalah rencana
khatamanku yang ke empat kalinya. Karena kecintaanku terhadap al-Qur’anlah, aku
ingin ikut khataman (lagi), lagi, dan lagi.
Dan
alhamdulillah, atas kuasaNya, pada hari ke dua sebelum acara Haul berlangsung,
aku bisa mengkhatamkan al-Qur’anku. Sungguh, bahagia itu menguasai segenap hati
dan jiwaku. Meski saat itu aku menjadi koordinator kesehatan di panitia Haul
dan Ultah pesantren, yang satu minggu sebelum acara berlangsung sudah harus
menyiapkan banyak hal, Juga harus wawancara dan sowan-sowan ke sana ke mari
untuk mengumpulkan data dan naskah majalah yang diagendakan terbit untuk edisi
Haul, namun aku tak melalaikan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai santri
yang ingin mengikuti khataman; bersungguh-sungguh dan terus bersabar untuk
mencapai kesuksesan.
Malam
di mana menjadi malam istimewa bagi santri-santri yang ikut khataman, aku
merasakan sisi kedamaian dan kebagaiaan yang selama ini kudambakan.
Maka, nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?[4]
Akhirnya, Di
saat-saat seperti inilah aku harus banyak bersyukur karena bisa melakukan yang
seharusnya aku lakukan, menanam kebaikan dan meretas keridhoan Tuhan lewat
ayat-ayat keagungan.
PPAI, 05
Juli 2014 / 06 Ramadhan 1435
0 komentar:
Posting Komentar